Ketika menjadi guru maka hendaklah menjadi guru yang nyantri. Ketika menjadi pengusaha maka hendaklah menjadi pengusaha yang nyantri. Ketika menjadi pejabat maka hendaklah menjadi pejabat yang nyantri.
Indonesia adalah negara majemuk yang terdiri dari beberapa agama, namun secara kuantitas didominasi oleh umat Islam. Dalam laman www.kumparan.com/kumparannews, Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri (Dirjen Dukcapil Kemendagri) RI merilis populasi umat Islam di Indonesia pada semester pertama tahun 2024 berjumlah 245.973.915 jiwa, artinya jumlah ini setara dengan 87,08% dari total penduduk Indonesia yang berjumlah 282.477.584 jiwa.
Rilis tersebut disampaikan Dirjen Dukcapil Kemendagri Drs. H. Teguh Setyabudi, M.Pd, di Hotel Borobudur Jakarta pada Rabu, 7 Agustus 2024.
Sebagai umat mayoritas, muslim Indonesia tentu mengenal model pendidikan ke-pesantren-an, karena tidak sedikit penduduk muslim Indonesia pernah belajar ilmu agama Islam di pondok pesantren yang “melahirkan” kata santri. Kondisi tersebut menandakan bahwa santri bukan merupakan kata yang asing karena orang yang belajar di pondok pesantren disebut dengan santri.
Secara sosiokultural, masyarakat memandang santri adalah orang yang sedang menuntut ilmu agama Islam di pondok pesantren. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata santri memiliki dua makna, yakni: (1) orang yang belajar agama Islam; dan (2) orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh atau orang saleh.
Menurut pandangan cendikiawan muslim Prof. Dr. Nurcholish Madjid, MA yang akrab disapa Cak Nur dalam bukunya Bilik-Bilik Pesantren hal. 21-22 bahwa asal muasal perkataan santri itu ada (sekurang-kurangnya) dua pendapat yang bisa dijadikan acuan.
Pertama, adalah pendapat yang mengatakan bahwa santri itu berasal dari perkataan sastri yang merupakan sebuah kata dari bahasa Sansakerta artinya melek huruf (bisa membaca). Ini menandakan ketika itu pengetahuan santri tentang agama melalui kitab-kitab bertulisan dan berbahasa Arab sehingga santri menjadi faham agama melalui kitab-kitab tersebut atau setidaknya santri itu bisa membaca al-Qur’an yang dengan sendirinya membawa pada sikap lebih serius dalam memandang agamanya.
Kedua, adalah pendapat yang mengatakan bahwa perkataan santri sesungguhnya berasal dari bahasa Jawa, persisnya dari kata cantrik yang artinya seseorang yang selalu mengikuti seorang guru kemana guru nya pergi menetap, tentunya dengan tujuan dapat belajar darinya mengenai suatu keahlian.
Dalam laman www.tirto.id/sejarah-santri, Rais ‘Aam PBNU 2015-2020 Prof. Dr. (H.C) KH. Ma’ruf Amin menjelaskan kata santri secara lebih luas yaitu orang-orang yang meneladani para kiai, orang-orang yang ikut kiai, apakah dia belajar di pesantren ataupun tidak tapi ikut kegiatan kiai, manut (patuh) kepada kiai.
Kemudian Ketua Umum PBNU 2010-2021 Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, MA mendefinisikan santri sebagai umat yang menerima ajaran-ajaran Islam dari para kiai. Para kiai itu belajar Islam dari guru-gurunya yang terhubung sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Santri itu menerima Islam dan menyebarkannya dengan pendekatan budaya yang berahlaqul karimah, bergaul dengan baik antar sesama.
Santri Adalah Figur Kesalehan
Acapkali santri dipandang sebagai orang yang saleh, karena memang aktivitas kesehariannya berada dalam lingkungan pondok pesantren. Pola pembelajarannya adalah, di antaranya, dengan mengkaji (mengaji) berbagai literatur agama Islam dalam kitab-kitab klasik (kitab kuning), al-Qur’an serta sangat erat kaitannya dengan penggemblengan religius (beribadah) dan akhlaqul karimah yang dilakukan oleh figur sentral yaitu seorang kiai, pun diajarkan kesederhanaan, kemandirian, kedisiplinan, kepemimpinan, kewirausahaan dan tanggung jawab.
Sehingga wajar jika santri dipandang sebagai figur orang yang saleh, patuh, santun dan islami bahkan dipandang cakap dalam berda’wah atau mengisi pengajian ketika berada di lingkungan masyarakat. Bahkan diajarkan pula tentang keseimbangan hidup dunia dan akhirat agar ketika santri kelak berada dalam realitas kehidupan yang sebenarnya di manapun berada maka tetap menjadi santri.
Ketika menjadi guru maka hendaklah menjadi guru yang nyantri. Ketika menjadi pengusaha maka hendaklah menjadi pengusaha yang nyantri. Ketika menjadi pejabat maka hendaklah menjadi pejabat yang nyantri, dan seterusnya yang berkaitan dengan profesi positif (yang baik) agar karakter santri yang religius dan berakhlaqul karimah tetap melekat di manapun, kapanpun dan dalam kondisi apapun.
Santri Meniti Jalan Menuju Surga
Setiap orang tua menginginkan putra-putrinya menjadi anak yang saleh-salihah sehingga banyak orang tua menginginkan putra-putrinya dapat belajar di pondok pesantren sambil mengenyam pendidikan formal di sekolah atau madrasah. Hal itu sangat wajar karena dalam padangan Islam bahwa semua amal anak Adam (manusia) akan terputus ketika meninggal dunia, kecuali di antaranya adalah adanya anak saleh dan salihah yang senantiasa mendoakan kedua orang tuanya.
Pada dasarnya, santri yang tetap bertahan menuntut ilmu di pondok pesantren merupakan ladang amal untuk diri santri dan untuk kedua orangtuanya menuju kebahagiaan di dunia maupun di akhirat kelak. Bahkan keberadaan santri dalam menuntut ilmu dengan niat ikhlas lillahi ta’ala di pondok pesantren dan atau sekolah/madrasah pada hakikatnya santri tersebut sedang Allah SWT permudah jalan menuju surga-Nya. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيْقًا اِلَى اْلجَنَّةِ (رواه مسلم)
Artinya: “Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, Allah SWT akan mudahkan baginya jalan ke surga.” (HR. Muslim)
Santri Adalah Pejuang Kemerdekaan RI
Ditetapkannya tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional setiap tahunnya (sejak 22 Oktober 2015 oleh Presiden RI Bapak Ir. H. Joko Widodo) menandakan bahwa kiprah santri dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari kebiadaban penjajah adalah harga mati.
Resolusi jihad adalah bukti nyata atas perlawanan kiai beserta santri melawan penjajah demi kedaulatan NKRI. Maka tugas santri hari ini adalah sami’na wa atho’na pada kiai, ta’zim pada guru, memuliakan kedua orang tua, saling menjaga antar santri dan berbuat baik pada orang lain dengan mengedepankan nilai-nilai Islam dan akhlaqul karimah sesuai visi misi Yayasan Pendidikan Islam Al-Fathimiyah.
Wallahu a’lam bishshawab
Dia murid sekolah lamaku, dia cuma pengen jalan jalan.
He is a student from my old school, he just wants to hang out.
%PDF-1.6
%âãÏÓ
24 0 obj
<>
endobj
36 0 obj
<>/Filter/FlateDecode/ID[<9996946F8873D44E92BDDB0DB4911883><9B8B8BF58AE4AC42A6BBBD5D36DA51FB>]/Index[24 30]/Info 23 0 R/Length 71/Prev 66919/Root 25 0 R/Size 54/Type/XRef/W[1 2 1]>>stream
hŞbbd``b`Z$¹AÄ/ Ál$T¶ƒ¸Ÿ�›#HÌ
Üy Ö ±Ï’�‰‘a9�ÅÀÀH%â?ãş� š¨
endstream
endobj
startxref
0
%%EOF
53 0 obj
<>stream
hŞb```¢§,,›@ (‚
@Îö]Xl™X¢X™10tÌœÙR$dšŞ)dV1Qy)”±$Åì`ÌXÑÑÀ d°�0Q F7ø·i. æ‹ÜŠ9pŠ½`œ°æA¹ƒçÖ/-Pg
10¾¤�ø@€ "Õ,È
endstream
endobj
25 0 obj
<><><>]/OFF[]/Order[]/RBGroups[]>>/OCGs[37 0 R]>>/Pages 22 0 R/Type/Catalog>>
endobj
26 0 obj
<>/Font<>/ProcSet[/PDF/Text]/XObject<>>>/Rotate 0/Type/Page>>
endobj
27 0 obj
<>stream
hŞ„TaoÚ0ı+÷±ÕÄlÇIH¤
R ÕE@K%ÄÜ`-$QVø÷;;” ck¤Øλç»óù]x(ğ ¾<0p)8N.N}pàM9¸.xféA“yàúR´5!Äín ¡ï‚B8àQ`”QğÎMœ`NÈáî�ÅFŞÌD)‹�(~İ’é>—ä)ê“g-b‰„î.ÏŠò¸˜”È%OÃV‹Œ�ĞMäF¦Æ<Ù¾•fo¯oL…² �O¶¼(ù�°™jÔ
SUARA JABAR SATU.COM | BANDUNG – Tempat wisata belanja ini adalah salah satu tempat yang telah berhasil menjadi ikon dari kota Bandung. Tempat wisata belanja di Bandung ini memang selalu padat dengan warga Bandung dan juga wisatawan, terutama wisatawan yang berasal dari kota Jakarta dan sekitarnya. Jika Anda ingin mencari kaos dengan kata-kata yang lucu dan menggelitik, cari saja di toko-toko baju di sepanjang Jalan Cihampelas, selain itu jika lapar Anda bisa mampir ke pusat oleh-oleh dan membeli makanan khas Bandung seperti peyeum dan juga keripik tempe.//PUT
Jln Platinum 2, Pasir Gudang, Johor Darul Ta'zim, MY